Jumat, 15 Desember 2017

Kenapa Menulis


[Kenapa kita harus menulis?]

Pertanyaan itu tercetak tebal di layar. Tapi di mataku, kalimat itu seperti dibuat dari serangkaian lampu neon penuh warna yang menyala berkedip-kedip, menarik perhatian, mencolok, dan menyebalkan juga karena tidak mau berhenti berkedip. Lantas, aku sedikit memiringkan kepala. Benar juga. Kenapa aku menulis? Kenapa harus menulis? Kenapa kita harus menulis?

Jauh kala aku pertama menulis, tak pernah sekalipun pertanyaan semacam itu melintas di benak. Yang kutahu, menulis ya menulis. Aku menulis karena aku ingin menulis. Ada sesuatu di dalam diri yang ingin kuluapkan, supaya helaan napas ini lebih ringan. Aku tidak menyebut diriku dulu sebagai orang yang ‘dangkal’, melakukan sesuatu tanpa dasar dan alasan yang kuat. Toh, dulu pertama menulis, aku masih muda—sangat muda. Di mana yang kutahu hanyalah belajar, menyenangkan orang tua, dan bersenang-senang. Itu saja. Hal-hal rumit yang jadi perdebatan di luar sana, mana aku tahu. Hal-hal sepele yang nyatanya besar di diri tiap-tiap orang, mana aku tahu. Yang kutahu, menulis hanya untuk bersenang-senang. Sama seperti memainkan game di ponsel saat suntuk, bila pikiran sudah tidak berkabut, ponsel diletakkan. Selesai.

Kemudian aku mendewasa. Perlahan, meski tak pasti—harus kuakui ini benar adanya. Tapi akhirnya aku sampai pada suatu titik di mana aku tersadar: duniaku kecil sekali. Aku telah melihat, mendengar, menyaksikan, mengalami, membaca, dan berpikir, bahwa hidup ini tak seperti garis lurus sempurna tanpa liku di sebuah kertas kosong. Di mana kau bisa melihat tiap-tiap ujungnya tanpa penghalang. Hidup ini adalah setiap goresan yang tak menyisakan cela di sebuah kertas. Kalau garisnya memakai tinta hitam, kertasnya sudah hitam kelam. Saat kau membalik kertasnya, kau bisa merasakan bekas goresan-goresan yang tajam, dalam, dan kuat. Polanya carut marut. Bertumpukan. Kacau sekali. Bila kau telusuri tiap-tiap goresan dengan ujung jemari, hatimu kalut. Gambaran ini membuat potongan ingatan akan diriku yang menulis hanya untuk bersenang-senang terasa transparan, tak bisa dilihat dan disentuh—mungkin bisa, tetapi hanya aku. Lantas, untuk apa kalau hanya aku yang bisa melihat dan menyentuh? Aku akan menyebut diriku 'dangkal' kalau aku terus menulis dengan tujuan itu. Dan aku tak mau menjadi 'dangkal.'

Tidak. Tidak. Aku tidak akan langsung mengajukan diriku sebagai orang yang terpilih untuk mengubah kertas hitam kelam itu menjadi putih bersih. Tapi aku juga tidak mengatakan bahwa itu tidak mungkin. Aku hanya akan berpikir realistis. Mungkin tidak harus mengubah kertas hitam kelam menjadi putih bersih, mungkin cukup dengan mengubah goresan di kertas menjadi lebih halus.

Dari dalam dunia kecilku, aku telah melihat keluar. Aku menemukan ketidakadilan, stigma, sikap masa bodoh, kebodohan itu sendiri, kebencian, dan air mata. Begitu banyak air mata. Masih banyak lagi sebenarnya. Melihat itu semua, apa yang bisa kulakukan? Aku hanya seorang gadis pendiam nan muram. Mengutarakan pemikiran secara lisan saja lutut harus gemetar. Syukur lisanku bisa dimengerti, kalau tidak, untuk apa gemetar di lututku? Jelas aku tak punya kemampuan super untuk mengubah yang salah menjadi benar. Jelas tubuhku tak kuat untuk menjadi dinding pelindung bagi yang lemah untuk bernaung, toh mengangkat galon air saja aku tak kuat. Singkat kata, aku hanya punya sebuah laptop dan kemampuan untuk diam di depannya selama berjam-jam tanpa merengek ingin keluar rumah. Aku juga punya kemampuan tambahan untuk menyingkir dari konflik dan mengamati dari sudut terjauh dengan beberapa bungkus makanan ringan—bajingan sekali. Untuk pemikiran kritis, mungkin aku bisa mengasahnya. Lalu apa yang tersisa? Keinginan untuk mengubah, yang mana telah kumiliki.

Ini menandai perubahan tujuan menulisku yang awalnya hanya untuk senang-senang menjadi 'mengubah.' Mengubah apa? Apa saja yang bisa perlu diubah. Yang salah menjadi benar, yang lupa menjadi ingat, yang tidak pada tempatnya menjadi kembali di tempatnya, yang adil menjadi tidak adil, yang sedih menjadi senang, yang kolot menjadi mau memakai otaknya. Apa saja. Bukankah menulis itu luar biasa?

Tentu saja ini personal. Semua orang punya tujuan dan alasannya masing-masing. Selama itu baik, silakan saja. Kalau tidak baik, silakan terima resikonya. Aku tidak akan mendebat—tidak akan mau. Tapi perlu kututurkan sekali lagi, menulis itu luar biasa. Di samping tujuan menulisku untuk mengubah—dan senang-senang (maaf ini tidak bisa kuhilangkan biar bagaimana pun juga), aku juga mendapatkan hal lain. Aku akan membuat daftarnya. Dengan menulis:
  • Kau merasa rileks. Hai, apa kau suka menulis? Kalau suka, selamat, kau menemukan salah satu media untuk menenangkan pikiran. Entah benar atau tidak, karena ini hanya berdasarkan pengalamanku, kau bisa merasa jauh lebih rileks setelah menulis. Kau bisa menuangkan hal-hal yang menggelayut di pikiran dan hatimu melalui hentakan demi hentakan atau goresan demi goresan yang merangkai menjadi sebuah kalimat, paragraf, cerita, ajakan, atau bahkan curhat sekali pun. Kau akan merasa lebih tenang dari sebelumnya. Bahkan saya pernah baca kalau menulis bisa menjadi terapi!
  • Kau menjadi kritis. Bagaimana bisa? Tentu saja bisa. Di saat kau tengah mencari-cari topik yang bisa kau angkat untuk tulisanmu, kau pasti akan melihat ke sekitar dan mempertajam indramu. Begitu kau menemukannya, kau akan bertanya. Kenapa bisa begitu? Kenapa harus begitu? Apa yang membuatnya menjadi begitu? Ya, pokoknya begitu. Kemudian kau mencari-cari sumber untuk memuaskan rasa ingin tahumu dan kau akhirnya menuangkan pemikiranmu terhadap hal tersebut dalam rangkaian kata. Kau menjadi kritis, bahkan tanggap terhadap hal-hal yang terjadi di sekeliling.
  • Kau melakukan kebaikan. Ini hanya berlaku bila kau menulis tentang kebaikan. Oh, ayolah. Apa masih perlu kujelaskan panjang lebar? Kau menulis tentang kebaikan adalah kebaikan itu sendiri!
  • Kau membuat perubahan. Ya. Ini sudah kusebutkan di luar daftar, tapi harus kucantumkan karena ini luar biasa dan bisa terjadi tanpa disadari siapapun, bahkan oleh pembaca itu sendiri.
Jadi, kenapa harus menulis? Tanya pada dirimu. Apa yang bisa kau lakukan dengan menulis? Kalau sudah tahu, selamat bergabung dalam misi serupa.

NOTES:
Ditulis pada 27 Agustus 2016 sebagai tugas kelas menulis daring.
Telah sedikit-sedikit disunting.

5 komentar:

  1. hahaha... lanjutkan. maringene melok DWC. Hobimu bersenang-senang akan tersalurkan.
    *aku golek tulisanmu sing bahasa indonesia, sing bahasa inggris mene2 tak woco, perlu asupan nek moco bing ben gak cepet lelah* hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahah, yowes tak perbanyak sing indonesia lek ngunu

      Hapus
  2. ayo segera bergabung dengan saya di D3W4PK
    hanya dengan minimal deposit 10.000 kalian bisa menangkan uang jutaan rupiah
    ditunggu apa lagi ayo segera bergabung, dan di coba keberuntungannya
    untuk info lebih jelas silahkan di add Whatshapp : +8558778142
    terimakasih ya waktunya ^.^

    BalasHapus
  3. AJO_QQ poker
    kami dari agen poker terpercaya dan terbaik di tahun ini
    Deposit dan Withdraw hanya 15.000 anda sudah dapat bermain
    di sini kami menyediakan 9 permainan dalam 1 aplikasi
    - play aduQ
    - bandar poker
    - play bandarQ
    - capsa sunsun
    - play domino
    - play poker
    - sakong
    -bandar 66
    -perang baccarat (new game )
    Dapatkan Berbagai Bonus Menarik..!!
    PROMO MENARIK
    di sini tempat nya Player Vs Player ( 100% No Robot) Anda Menang berapapun Kami
    Bayar tanpa Maksimal Withdraw dan Tidak ada batas maksimal
    withdraw dalam 1 hari.Bisa bermain di Android dan IOS,Sistem pembagian Kartu
    menggunakan teknologi yang mutakhir dengan sistem Random
    Permanent (acak) |
    Whatshapp : +855969190856

    BalasHapus

  4. Numpang promo ya Admin^^
    ajoqq^^cc
    mau dapat penghasil4n dengan cara lebih mudah....
    mari segera bergabung dengan kami.....
    di ajopk.com ^_~
    segera di add Whatshapp : +855969190856

    BalasHapus